Beranda Internasional 300 Warga Oromia Dibunuh dalam Pembantaian Baru Mematikan, Kata PM Ethiopia Abiy...

300 Warga Oromia Dibunuh dalam Pembantaian Baru Mematikan, Kata PM Ethiopia Abiy Ahmed

PM Ethiopia menuduh pemberontak OLA melakukan 'pembantaian baru' sebanyak 300 mayat telah dievakuasi.

0
300 Warga Oromia Dibunuh
Pasukan keamanan di kota Jimma, di wilayah Oromia, Ethiopia tahun lalu / Reuters

300 Warga Oromia Dibunuh dalam Pembantaian Baru Mematikan, Kata PM Ethiopia Abiy Ahmed. Abiy menuduh kelompok pemberontak yang melakukannya.

Dalam sebuah pernyataan di Twitter pada hari Senin (4/7) Abiy mengatakan Tentara Pembebasan Oromo (OLA) “menyebabkan kerusakan” pada warga sipil ketika para pejuangnya melarikan diri dari serangan pasukan keamanan di Oromia.

“Warga yang tinggal di zona Qellem Wollega negara bagian Oromia telah dibantai,” katanya, tanpa memberikan rincian.

“Kami akan mengejar kelompok teroris ini sampai akhir dan memberantasnya,” tambahnya.

Pemerintahan Abiy tidak memberikan angka kematian secara rinci dan tidak mungkin untuk memverifikasi informasi karena akses ke Oromia dibatasi. Sementara itu jaringan informasi di wilayah tersebut tidak dapat di akses sebab sedang di putus.

Para pejabat menyalahkan OLA atas sejumlah pembunuhan yang menargetkan Amharas, kelompok etnis terbesar kedua di Ethiopia, meskipun pemberontak telah membantah bertanggung jawab.

Asosiasi Amhara Amerika (AAA) yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa serangan pada Senin menargetkan Amhara di sebuah desa di distrik Hawa Gelan di Qellem Wollega.

Dilaporkan komunikasi telepon ke daerah terpencil telah terputus sejak tengah hari.

“Tdak ada yang datang untuk menyelamatkan kami”. kata saksi mata.

Dikatakan saksi mata, bahwa penyerang kini telah pergi. “Mayat-mayat sekarang sedang dievakuasi, sejauh ini 300 mayat telah dikumpulkan,” kata korban selamat.

“Tapi ini masih pagi, masih banyak orang lain yang tidak kita ketahui keberadaannya.” katanya.

AAA, mengutip sumber di lapangan, mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa mereka yakin 150 hingga 160 orang mungkin tewas dalam serangan itu.

Sebuah badan independen yang berafiliasi dengan negara, Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia (EHRC) mengatakan, pihaknya khawatir dengan laporan tersebut dan menyerukan “penguatan mendesak” pasukan keamanan pemerintah untuk mencegah kematian warga sipil lebih lanjut.

Dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan keamanan pemerintah dilaporkan telah mencapai daerah itu tetapi penduduk terus mencari perlindungan di tempat lain.

“Ketidakamanan yang terus berlanjut di daerah itu dan apa yang tampaknya menjadi pembunuhan warga yang ditargetkan secara etnis harus segera dihentikan,” kata Kepala Komisaris EHRC Daniel Bekele dalam sebuah pernyataan.

Pemberontak OLA
Angkatan bersenjata Ethiopia telah bertahun-tahun memerangi pemberontakan OLA di Oromia, wilayah terbesar dan terpadat yang berbatasan dengan Sudan Selatan.

Pada bulan Juni, beberapa ratus orang, sebagian besar Amhara, dibunuh oleh orang-orang bersenjata di desa Tole di Wollega Barat, sebuah daerah yang berdekatan dengan Qellem Wollega, menurut para saksi.

Pihak berwenang setempat mengatakan OLA bertanggung jawab, tetapi pemberontak membantah terlibat dalam pembunuhan itu dan menyalahkan milisi pro-pemerintah.

Tidak ada korban resmi yang dilaorkan, tetapi juru bicara Abiy Billene Seyoum mengatakan kepada wartawan pada 30 Juni bahwa 338 korban telah diidentifikasi sejauh ini.

Michele Bachelet, kepala hak asasi PBB, telah meminta pihak berwenang Ethiopia untuk melakukan penyelidikan “cepat, tidak memihak dan menyeluruh” terhadap serangan Tole.

Juga pada bulan Juni, OLA menyerang ibukota regional Gambella – serangan pertama di kota besar oleh pemberontak.

Human Rights Watch yang berbasis di AS mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah mendokumentasikan pelanggaran serius di Oromia, termasuk di barat di mana kampanye pemerintah yang “kasar” terhadap OLA telah menjebak warga sipil dalam baku tembak.

Dikatakan konflik Tigray di Ethiopia utara membayangi “siklus kekerasan yang terus-menerus” terhadap warga sipil oleh pasukan keamanan dan kelompok bersenjata di Oromia.

OLA tahun lalu bersekutu dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang telah memerangi pasukan pemerintah di utara sejak November 2020.

red/kaje
Ikuti Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini