Jakarta, Paragrafnews.com: Pemuda Indonesia memegang kunci untuk mendorong aksi nasional untuk mengadopsi gaya hidup hijau bebas emisi, dengan cara-cara inovatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, kata para ahli dan influencer muda dalam webinar yang diselenggarakan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menandai Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Jumat (4/6/2021).
Berjudul “Hemat Energi, Tetap Ramah Lingkungan”, acara virtual ini menghadirkan pembicara kunci dari pemerintah, pengusaha muda dan aktivis lingkungan.
Proyek Transformasi Pasar untuk Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi (MTRE3) UNDP menyelenggarakan acara tersebut bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Deputy Resident Representative UNDP Indonesia, Sophie Kemkhadze mengatakan, go green adalah satu-satunya jalan ke depan bagi Indonesia dan generasi mudanya.
“Hilanglah sudah hari-hari untuk penggunaan bahan bakar dan energi fosil. Sebaliknya, kita merangkul era baru inovasi di mana kita bertransisi ke tingkat emisi nol, dan konsumsi energi terbarukan. Pergeseran ini merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs di Indonesia,” kata Kemkhadze dalam kata sambutannya.
“Kita membutuhkan lebih banyak aksi, terutama di lapangan, dan dari orang-orang muda seperti Anda, untuk bertindak,” tambahnya.
Indonesia sebagai ekonomi dan konsumen energi terbesar di Asia Tenggara saat ini berada di peringkat ke-71 dari 115 negara dalam Indeks Transisi Energi (ETI) 2021. Menandakan dukungan terhadap energi berkelanjutan, skor ETI Indonesia telah meningkat sebesar 6 persen sejak 2021, dengan skor tertinggi untuk peningkatan kesiapan transisi sebesar 10 persen.
“Hari Lingkungan Hidup Sedunia adalah kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya melindungi lingkungan kita. Saat ini isu-isu terkait efisiensi energi telah menjadi cukup kritis. Pemuda, pelajar dan perempuan harus berada di depan dalam gerakan nasional untuk mendorong efisiensi energi,” kata Dadan Kusdiana, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen dari skenario bisnis seperti biasa pada tahun 2030, atau 41 persen dengan bantuan internasional. Para ilmuwan mengatakan bahwa sebagian besar emisi berasal dari produksi masal dan penggunaan bahan bakar fosil untuk listrik.
Menyadari kondisi bisnis di Indonesia untuk bisnis energi terbarukan, Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII DPR RI bidang Energi, Sumber Daya Mineral, Lingkungan, Riset dan Teknologi mengatakan, Pemerintah Indonesia telah memprioritaskan pembahasan RUU energi terbarukan tahun ini.
“Kita sepakat bahwa kita harus mendukung transisi menuju transisi energi bersih. Kami berharap RUU ini dapat mengkatalisasi investasi di sektor ini dan memperkuat komitmen kami”, kata Esti
Namun partisipasi pemuda yang lebih besar dalam transisi ke energi terbarukan membutuhkan dukungan yang lebih kuat dari semua pemangku kepentingan melalui penciptaan lapangan kerja yang lebih besar di sektor hijau.
“Pemuda memasuki tahap dalam kehidupan mereka di mana mereka ingin merancang masa depan mereka, jadi kita perlu menciptakan peluang alternatif bagi mereka. Kita perlu menciptakan peluang menarik di sektor energi hijau dan terbarukan,” kata Ms. Switenia Puspa, Pendiri dan Direktur Divers Clean Action.
Panelis termasuk arsitek hijau, Stephanie Larassati berbagi tips praktis untuk mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan di rumah, mulai dari mengurangi penggunaan listrik hingga menggunakan ruang- ruang terbuka dan jendela untuk memaksimalkan cahaya alami.
Menerapkan standar internasional hijau di gedung-gedung publik juga merupakan salah satu tujuan utama dari proyek Transformasi Pasar untuk Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi (MTRE3) UNDP yang baru-baru ini mendukung upaya perusahaan induk dari dua bandara utama Indonesia — di Jakarta dan Bali — untuk memperoleh standar global ISO 50001 untuk manajemen energi.
Aktor dan aktivis hijau Marcel Chandrawinata mengingatkan kaum muda untuk “mulai dari diri sendiri” untuk membantu mendorong gaya hidup hijau menjadi gerakan nasional.
“Hidup hijau bukanlah pilihan, itu tanggung jawab kita. Kita perlu hidup efisien. Dengan menerapkan gaya hidup bersih, kita bisa menjadi contoh bagi teman-teman kita dan orang lain,” kata Chandrawinata.
Meskipun dukungan publik meningkat untuk efisiensi energi, hal tersebut tetap menjadi isu politik yang sensitif karena Indonesia sebagian besar bergantung pada sektor energi fosil. (**)