Beranda Daerah Dari Penulis: Kekayaan Karakter Semut

Dari Penulis: Kekayaan Karakter Semut

0
Penulis Karessa

Bontang-Paragrafnews: Semut semut itu, menjadikan pekerjaan yang semula berat menjadi ringan. Bahu membahu mengangkat bobot yang begitu berat melebihi ukuran badannya demi mengisi cadangan makanan di dalam istananya.

Istananya megah karena dihasilkan dari proses kerja sama yang begitu hebat. Tujuan mereka hanyalah menyambung hidup agar dapat selalu tangguh dalam melakukan kerja sama.

Semut diantara semut akan selalu menganggap mereka kawan, tidak pernah mereka melupakan hal-hal yang begitu indah dalam proses kerja samanya. Walaupun ada makanan yang begitu nikmat di hadapannya, dia tetap membawanya untuk dimakan bersama.

Tubuh semut yang begitu kecil membuatnya selalu hidup penuh dengan kerja sama. Tubuh semut yang begitu kecil membuatnya tidak mengenal kata rakus. Tubuh semut yang begitu kecil membuatnya selalu berdoa dan berikhtiar agar tidak menjadi korban dari keperkasaan umat yang lebih besar darinya.

Kekurangannya adalah kelebihannya. Bila kita memiliki kelemahan fisik maupun kelemahan mental, jangan bersedih, di balik kelemahan itu terdapat hal-hal yang begitu kuat didalamnya.

Pemberian yang Maha Kuasa tidak pernah sia-sia, selalu ada manfaatnya. Tuhan telah memberikan segala sesuatunya tidak ada yang mubazir, begitu juga semut-semut yang begitu lemah dan memiliki bentuk teramat kecil yang membuat mereka selalu menekankan prinsip gotong royong dalam berkehidupan sehari-hari. Ya, kehidupannya telah mengajarkan pentingnya gotong royong dalam bermasyarakat.

Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela.

Semut-semut itu sudah menjadikan Gotong Royong sebagai budaya mereka. Telah menjadi bagian dari kehidupan berkelompok para semut , dan merupakan sikap alamiah dari semut-semut itu.

Nilai dan perilaku gotong royong para semut sudah menjadi pandangan hidup, sehingga tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kehidupannya sehari-hari.

Kita sering mendengar dongeng semasa kecil yang menceritakan betapa garangnya seekor gajah yang memiliki badan besar sehingga menjadikannya sombong, melawan kelompok para semut yang lemah dihadapan sang gajah.

Secara umum ketika kita melihat pertempuran tersebut sudah pasti yang akan memenangkan pertempuran adalah seekor gajah. Ternyata salah, para semut itu yang menang dengan prinsip gotong royong, mereka bekerja sama saling bahu membahu membentuk barisan karena mereka sudah mengetahui akan tidak mampu menggigit tubuh gajah yang memiliki kulit yang kuat, mereka memutuskan untuk masuk telinga gajah yang memiliki lubang yang dapat dimasukkan hanya oleh ukuran semut yang begitu kecil.

Akhirnya, gajah pun menyerah. Di dalam kehidupan sehari-hari kita bila kita bermain, memutuskan siapa yang bermain duluan, untuk mempersingkat waktu kita memutuskan mekanisme Suit atau siut, dan kelingking mewakilin semut menang melawan jempol yang mewakilin gajah. Itu apresiasi untuk semut di dalam permainan suit.

Semut dan Gotong Royong ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Jika kita berbicara semut, hal postif yang langsung terlintas di dalam pikiran kita ialah Gotong Royong. Bukannya Bangsa Indonesia memiliki warisan budaya Gotong Royong dalam berkehidupan masyarakatnya.

Jangan sampai sikap individualis dari kemajuan era global dapat mengakibatkan mengikisnya sikap Gotong Royong kita.

Pepatah mengatakan, “Saat Berbicara Mode(Zaman), berenanglah mengikuti arus. Saat Berbicara Prinsip, Tegarlah Bagai Batu Karang”. Zaman boleh saja maju tetapi prinsip Gotong Royong kita jangan sampai pudar ditelan zaman.

Artikulli paraprakMenkominfo Resmi Cabut Pembatasan Media Sosial
Artikulli tjetërBerhasil Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Pesisir, Pupuk Kaltim Raih Penghargaan AREA 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini