Bontang-paragrafnews: Sedikit catatan kecil saya sebagai generasi milenial terhadap budaya bangsa Indonesia, di tengah maraknya teknologi informasi yang malang melintang menebarkan berbagai macam pola hidup dan budaya asing.
Sebelumnya tentu sudah banyak kalangan mengulas akan hal ini, namun begitu tidak ada salahnya saya sedikit merefresh ingatan kita, bahwa Warisan budaya itu semua adalah cerminan jati diri bangsa Indonesia, berakar dan berawal dari para leluhur terdahulu.
Di jaman sekarang, berpikir untuk mewariskan karya budaya beserta simbol-simbol filosofinya kepada anak cucu, agar tidak lupa darimana dia berasal, nampaknya begitu berat di jaman serba milenial ini.
Tidak lupa darimana di lahirkan!
Lebih jauh dari itu semua, disini saya ingin sama-sama belajar “Perspekstif” terkhusus dalam menjaga dan memahami kearifan budaya lokal di kota bontang, dimana menjadi kota tempat saya dilahirkan dan dibesarkan dalam kemajemukan dan keberagaman yang heterogen.
Tidak terasa 35 tahun sudah saya belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, berinteraksi secara sosial dan memahami kearifan budaya yang ada.
Setahu saya, banyak etnis berasal dari berbagai suku seperti Melayu, Arab, Dayak, Kutai, Banjar, Bugis, Jawa dan lain sebagainya yang menetap di kota bontang.
Dengan kemajemukan dan keberagaman yang heterogen itu lah, banyak budaya bersatu padu melekat menjadi kearifan budaya lokal di kota bontang.
Kota Bontang pun memiliki potensi wisata yang beragam, antara lain Wisata Alam, Wisata Seni dan Budaya, Wisata Kuliner, Wisata Belanja, Wisata Bahari, dan Wisata Religi.
Potensi wisata yang beragam tersebut terbentuk karena faktor letak geografis kota bontang, juga dipengaruhi pula oleh faktor heterogenitas etnis serta budaya dari masyarakat kota bontang yang berada di dalamnya.
Berbicara kearifan budaya lokal, orang-orang tua kita, dan peran Pemerintah!
Berbicara tentang menjaga ingatan kolektif akan kearifan budaya lokal, sejatinya masih terpelihara oleh orang-orang tua kita yang masih ada dan tetap eksis hingga kini, untuk dilestarikan dalam bentuk keanekaragaman budaya dan kesenian.
Untuk menularkan budaya dan kesenian itu agar tetap eksis hingga saat ini, selain memerlukan peran para pemuda, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan sebagai pemangku kebijakan didalam satu daerah.
Berbagai upaya pun dilakukan pemerintah kota, mulai dengan menggandeng seluruh stakeholder baik itu perusahaan, hingga tokoh masyarakat dan dewan adat agar kearifan budaya lokal tetap lestari.
Salah satu upaya itu ialah dengan menggelar berbagai event tahunan kebudayaan. Seperti pekan festival budaya Erau Pelas Benua Guntung yang diketahui merupakan salah satu pesta budaya masyarakat Kutai, digelar sejak 2002 silam dan telah menjadi ciri khas serta agenda tahunan festival budaya di kota bontang.
Adapun Erau Pelas Benua merupakan pesta pembersihan kampung yang bermakna bahwa kampung tidak hanya bersih dari unsur-unsur jahat, tetapi juga kebersihan bagi setiap jiwa baik yang tampak maupun tidak.
Selain festival budaya Erau Pelas Benua Guntung, baru-baru ini turut pula di gelar Festival budaya tahunan yakni Pesta Laut bontang kuala. Upacara laut bontang kuala adalah perwujudan rasa, syukur dan doa kepada Tuhan, agar para nelayan senantiasa selalu dalam lindungan Tuhan dan ditahun mendatang yang akan di lalui mendapat hasil laut yang berlimpah untuk mensejahterakan keluarga nelayan.
Festival budaya tahunan tersebut, tentu tidak serta merta terlaksana begitu saja, tanpa ada kiprah serta peran dari pemangku kebijakan dan orang-orang pendahulu yang bertugas sebagai penjaga kearifan lokal.
Ada maksud dan tujuan yang tersirat di gelarnya festival budaya tahunan itu. Upaya itu ialah sebagai media pelestari budaya dan tradisi yang di miliki. Karena merupakan bagian dari kearifan lokal dan budaya sendiri adalah nilai luhur yang harus selalu di tanamkan bagi generasi muda kedepannya.
Peran pemuda-pemudi mengikis arus globalisasi milenial saat ini!
Masyarakat kota bontang yang majemuk dan heterogen, begitu juga dengan peran pemuda generasi milenial, harusnya saat ini diharapkan dapat meneruskan tongkat estafet sebagai generasi yang mewariskan pengetahuan dimasa lalu dan masa kini.
Meski tergerus perkembangan jaman dengan teknologi yang kian hari kian canggih. Secara demografis, pesatnya kemajuan teknologi saat ini mengakibatkan telah lahirnya generasi milenial.
Oleh sebab perkembangan pesat kemajuan teknologi itu, saya merasa tidak ada salahnya memanfaatkan kemajuan serba digitalisasi dan otomasi teknologi saat ini. Agar dapat bersaing dan beradaftasi dengan ragam perubahan besar pada era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini. Namun begitu tidak serta merta pula melupakan kearifan budaya lokal yang telah dijaga dan dilestarikan hingga turun temurun sampai saat ini.
Saya membaca dan sedikit mengutif tulisan dengan informasi yang ada, rupanya pandangan generasi muda merupakan hal yang kekinian atau modern akan budaya lokal, mereka menganggap itu sebagai segala sesuatu yang ketinggalan jaman.
Kekhawatiran yang seakan tidak berdasar, bahwa di tahun-tahun mendatang kearifan budaya lokal bangsa ini bisa mengancam sampai ke tingkat kepunahan. Akibat dari derasnya arus globalisasi.
Bagaimana menumbuhkan dan menamkankan nilai-nilai kearifan budaya lokal disanubari pemuda masa kini!
Menjadi pemuda jangan mudah terkontaminasi oleh kebudayaan dan perilaku yang buruk dari negara-negara lainnya. Baik pengaruh di bidang sosial, ekonomi serta budaya. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan bersosial dimasyarakat mulai dari etika individu, serta gaya hidupnya disegala kalangan, serta cara hidup termasuk juga pola pikir dan perilakunya yang jelas-jelas tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Sungguh memprihatinkan jika itu terjadi, yang ada kita para pemuda akan kehilangan jati diri akan budaya dan etika hasil dari kearifan lokal.
Maka dari itu kita sebagai pemuda ujung tombak penerus estafet, perlu melakukan suatu gerakan atas permasalahan jati diri maupun sebagai Rider dari suatu kelompok masyarakat dan suatu bangsa.
Tindakan atau kontribusi nyata yang dapat lakukan pemuda dalam mendalangi masalah seperti ini adalah dengan melakukan revitalisasi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang baik sebagai hasil dari kearifan lokal.
Penulis : Aris.