Mengenal lebih dekat Gedung Sate Bandung, Gedung Sate adalah salah satu ikon arsitektur yang terletak di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Gedung Sate merupakan salah satu bangunan tua yang ikonik di Kota Bandung. Sejak 1980 hingga kini, bangunan yang beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 22, Kota Bandung, difungsikan menjadi Kantor Gubernur Jawa Barat.
Bangunan Gedung Sate ini memiliki nilai sejarah dan estetika yang tinggi serta berperan penting dalam kehidupan sosial dan politik di Kota Bandung.
Gedung Sate Bandung
Bangunan ini terdapat 4 lantai, basement, dan ruang pada puncak gedung.
Mengutip bandung.go.id, Gedung Sate dibangun pada tahun 1920-1924, arsitektur bangunan ini dirancang oleh tim yang dipimpin oleh Ir. J. Gerber, Eh. De Roo, dan G. Hendriks, serta Gemeente van Bandoeng yang diketuai oleh V.L. Sloors.
Pembangunan Gedung Sate merupakan bagian dari program pemindahan pusat militer pemerintah Hindia Belanda dari Meester Cornelis ke wilayah Bandung.
Gedung ini dirancang dalam satu komplek perkantoran untuk instansi pemerintah (Gouvernements Bedrijven/GB).
Saat itu, Gedung Sate merupakan gedung kantor Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan) dan di sisi timur laut terdapat gedung Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon).
Untuk mengenal lebih dekat Gedung Sate Bandung. Berikut adalah beberapa informasi lebih lanjut mengenai Gedung Sate Bandung:
1. Sejarah
Gedung Sate dibangun pada tahun 1920-an sebagai markas resmi pemerintahan kolonial Belanda di Jawa Barat. Bangunan ini mulai dibangun pada tahun 1920 dan selesai pada tahun 1924. Pada awalnya, bangunan ini dikenal sebagai “Gouvernements Bedrijven” atau “Gedung Gubernemen.”
2. Arsitektur
Arsitek yang merancang Gedung Sate adalah J. Gerber, seorang arsitek Belanda. Bangunan ini mencerminkan gaya arsitektur Hindia Belanda yang umum pada masa itu, dengan pengaruh arsitektur klasik Eropa dan ornamen lokal, seperti hiasan berbentuk tusuk sate (sate = tusuk sate dalam Bahasa Indonesia) yang menjadi ciri khas.
3. Nama “Gedung Sate”
Nama “Gedung Sate” berasal dari karakteristik arsitektur bangunan, yaitu enam puncak utama yang terlihat seperti tusuk sate. Struktur ini memberikan sentuhan lokal pada desain arsitektur kolonial.
4. Fungsi dan Peran Penting
Seiring berjalannya waktu, Gedung Sate telah menjalani beberapa fungsi. Awalnya digunakan sebagai markas pemerintahan kolonial Belanda, kemudian diubah menjadi markas tentara Jepang selama pendudukan Jepang, dan setelah kemerdekaan Indonesia, Gedung Sate digunakan sebagai markas resmi pemerintah provinsi Jawa Barat.
5. Tugu Kujang
Di halaman Gedung Sate terdapat tugu Kujang, sebuah tugu yang menggambarkan senjata tradisional Sunda, kujang. Tugu ini menambahkan elemen budaya lokal pada lingkungan sekitar Gedung Sate.
6. Pemugaran dan Pemeliharaan
Gedung Sate mengalami beberapa pemugaran untuk menjaga keaslian dan fungsi bangunan. Beberapa pemeliharaan dilakukan untuk menjaga keberlanjutan bangunan sebagai salah satu cagar budaya yang penting.
7. Fungsi saat Ini
Saat ini, Gedung Sate berfungsi sebagai kantor Gubernur Jawa Barat. Bangunan ini juga terbuka untuk umum sebagai objek wisata dan sering menjadi lokasi untuk berbagai acara budaya dan pameran.
8. Status Cagar Budaya
Gedung Sate diakui sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Indonesia. Pengakuan ini menunjukkan nilai sejarah dan arsitektural yang dimilikinya.
Gedung Sate tidak hanya menjadi simbol Kota yang dijuluki Kota Kembang, tetapi juga mencerminkan perpaduan antara arsitektur kolonial Belanda dan unsur-unsur budaya lokal yang membuatnya unik dan bernilai. Gedung ini menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan budaya di Jawa Barat. Baca juga Fakta Menarik Jejak Sejarah Gedung Lawang Sewu Semarang
red/kaje