Jajak pendapat putaran kedua pemilihan presiden negara Amerika Latin digelar pada hari Minggu (19/6) dengan mantan pemimpin gerilya Petro menghadapi saingannya Rodolfo Hernandez, seorang pengusaha berusia 77 tahun yang berhasil membangun pengikut politik nasional dengan mengandalkan TikTok dan Facebook.
Pertarungan antara Petro dan Hernandez adalah yang paling ketat di negara itu dalam beberapa waktu terakhir.
Petro mengalahkan Hernandez dengan lebih dari 700.000 suara, ia menjadi presiden sayap kiri pertama di negara Amerika Selatan itu dan bergabung dengan sejumlah negara lain di benua itu yang telah memilih kandidat berhaluan kiri.
“Hari ini adalah hari perayaan bagi rakyat. Biarkan mereka merayakan kemenangan populer pertama. Semoga begitu banyak penderitaan terbalut dalam kegembiraan yang hari ini membanjiri jantung Tanah Air.” tweet Petro, dilansir dw.
Dalam pidato kemenangannya ia menyerukan persatuan dan memperluas cabang zaitun ke beberapa pengkritiknya yang paling keras.
“Dari pemerintahan ini yang mulai tidak akan pernah ada penganiayaan politik atau penganiayaan hukum, hanya akan ada rasa hormat dan dialog,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia akan mendengarkan tidak hanya mereka yang telah mengangkat senjata tetapi juga “mayoritas diam dari petani, masyarakat adat, perempuan, pemuda.”
Hernandez mengakui kekalahan dalam sebuah video yang diposting di media sosial.
“Kolombia, hari ini mayoritas warga telah memilih kandidat lain. Seperti yang saya katakan selama kampanye, saya menerima hasil pemilihan ini,” kata Hernandez.
UE, AS mengucapkan selamat kepada Petro
Amerika Serikat mengucapkan selamat kepada “Rakyat Kolombia karena membuat suara mereka didengar dalam pemilihan presiden yang bebas dan adil. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Presiden Terpilih Petro untuk lebih memperkuat hubungan AS-Kolombia dan menggerakkan negara kami menuju masa depan yang lebih baik,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menyambut baik hasil yang menurutnya bebas dan adil menurut misi pemantauan Uni Eropa. “Pemilu di Kolombia menandai perubahan yang jelas, warga Kolombia telah memilih untuk perubahan politik, mencari masyarakat yang lebih inklusif dan lebih egaliter. Saya berharap yang terbaik untuk presiden terpilih Kolombia,” kata Borrell.
Sekitar 39 juta orang memenuhi syarat untuk memilih di Kolombia, negara di mana hampir 40% hidup di bawah garis kemiskinan dan 11% menganggur.
Dengan dua kandidat anti-kemapanan bersaing untuk menjadi presiden, pemungutan suara hari Minggu dilihat sebagai teguran keras terhadap elit konservatif negara itu dan presiden saat ini, Ivan Duque.
red/**
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS