Bontang – Paragrafnews.com: Selain merilis satu Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang sudah positif terinfeksi virus corona. Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni juga merilis perkembangan kasus Covid-19 di Bontang, Senin (23/3/2020) petang tadi.
Baca Juga:
Mulai dari status monitoring atau warga yang melapor setelah kepulangan dari luar daerah, status ordang dalam pemantauan (ODP), serta PDP.
Dipaparkan Neni, jumlah warga yang masuk dalam status monitoring dari yang melapor langsung ke PSC, melalui whatsApp, telepon dan lainnya dari tanggal 18-23 Maret 2020 pukul 14.00 Wita sebanyak 1.524 orang. ODP yang awalnya 9, berkurang menjadi 7, dan PDP 1 orang.
“PDP satu orang ini merupakan peningkatan status dari ODP menjadi PDP dan masil menunggu hasil setelah dilakukan pemeriksaan swab. PDP sebelumnya satu orang dikeluarkan dari Bontang karena berasal dari luar wilayah yang sudah dikonfirmasi ke Provinsi Kaltim, jadi PDP yakni 1 warga Bontang” terang Neni, Senin (23/3/2020).
Jumlah hasil spesimen yang belum keluar ialah 3, di antaranya 2 ODP, dan 1 PDP. Ketiganya sudah dilakukan swab.
Adapun kesiapsiagaan Pemkot Bontang, kata Neni, Bontang menyiapkan barak di dua tempat yang dibantu oleh Dandim dan Kapolres yakni di Stadion Taman Prestasi untuk antisipasi outbreak sejak kemarin, dan Rusunawa Guntung yang belum dihuni dengan jumlah 50 kamar.
“Hal ini terus dikonsolidasikan dengan perusahaan termasuk perusahaan swasta,” ujarnya.
Untuk ASN, lanjut Neni sudah diterapkan work from home atau bekerja dari rumah. Sementara Eselon II dan III tetap koordinasi dengan pimpinan. Disinfeksi juga rutin dilaksanakan dengan fokus pelayanan publik, atau tempat yang disinggahi pasien terkonfirmasi positif.
“Semua dilakukan disinfeksi, tak hanya masjid, dan sekolah tapi yang terindikasi disinggahi pasien. Kami punya pemetaan tracing, secara internal juga terus dilakukan pemetaan, inventarisasi logistik dan lainnya,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Neni mengimbau agar masyarakat Bontang mematuhi imbauan melaksanakan social distancing, hindari keramaian, batasi jarak dengan orang lain, menghindari kerumunan, bekerja dan belajar dari rumah, meminimalisir bersentuhan, dan menunda kegiatan massa. Semua itu bertujuan untuk memutus mata rantai dari orang yang tertular.
(Kaje/fhm)