Paragrafnews.com: Indonesia dan Arab Saudi merupakan daftar target negara-negara dalam upaya negara Zionis Israel untuk meningkatkan hubungan diplomatik.
Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid pada konferensi pers di Yerusalem seperti dilansir Aljazeera, Rabu (15/6)
Pernyataan Lapid berkaitan dengan rencana kunjungan kerja Presiden AS Joe Biden bulan depan ke Arab Saudi, yang diawali dengan kunjungannya ke Israel dan Tepi Barat.
“Fakta bahwa presiden (Biden) akan terbang langsung dari sini ke Arab Saudi, mungkin menandakan bahwa ada hubungan antara kunjungan dan kemampuan untuk meningkatkan hubungan,” kata Yair Lapid.
“Ada daftar target negara. Saudi adalah yang pertama di antara mereka, bersama dengan negara lain seperti Indonesia, kata Menlu Israel Yair Lapid.
Ditanya apakah akan ada pejabat Israel di pesawat ke kerajaan, Lapid mengatakan dia tidak tahu. “Air Force One adalah pesawat besar, mungkin kita akan menyembunyikan seseorang di kamar mandi.” canda Lapid.
Sebelumnya, pada hari Selasa Gedung Putih mengumumkan perjalanan pertama Biden ke Timur Tengah bulan depan, di mana dia akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat, diikuti dengan perjalanan ke Arab Saudi – sebuah negara yang sebelumnya dia sebut sebagai negara “pariah”.
Presiden AS juga diperkirakan akan bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) sebagai pengganti Biden, yang kritis terhadap putra mahkota Saudi yang telah dikaitkan dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Istanbul, tetapi dia membantah keterlibatan.
Para pemimpin Israel telah lama mengatakan mereka ingin meningkatkan hubungan dengan negara-negara Arab, yang telah menyerukan penarikan penuh Israel dari wilayah Palestina yang diduduki setelah 1967 sebagai imbalan untuk normalisasi hubungan.
Bahrain, Sudan, Maroko, dan Uni Emirat Arab (UEA) telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bagian dari apa yang disebut Kesepakatan Abraham yang didorong oleh mantan Presiden AS Donald Trump.
Bagaimana dengan Indonesia?
Meskipun beberapa negara Islam telah membuka hubungan diplomatiknya dengan Israel, hingga hari ini Indonesia masih berposisi pada sikapnya untuk membela Palestina dan tidak mengakui Israel sebagai negara yang berdaulat.
Mengutip pendapat Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, setidaknya terdapat tiga alasan mengapa Indonesia Indonesia tidak mungkin membuka hubungan diplomatik dengan Israel, yaitu konstitusi, situasi domestik, dan komitmen politik Presiden.
Merujuk pada Pembukaan UU Dasar Tahun 1945, Indonesia menolak segala bentuk penjajahan sebagaimana dilakukan Israel terhadap Palestina. Masyarakat Indonesia juga masih mempunyai empati dan solidaritas yang tinggi terhadap nasib Palestina. Terakhir, Presiden Jokowi menunjukan komitmennya terhadap kemerdekaan Palestina.
red/kaje
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS