Bontang-Paragrafnews: Saat menjalani Shaum (Puasa) ada 2 fase yang mempengaruhi metabolisme. Yakni fase Anabolik (Pembentukan) sekitar 1/4 sampai 4 jam setelah sahur dan fase Katabolik (Pemecahan).
Kata dokter spesialis gizi klinik, divisi nutrisi dan metabolik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Taman Husada Bontang, Wijayanto tubuh memerlukan banyak energi ketika menjalani puasa.

“Terutama di masa pandemi ini. Pola makan berbeda tentunya mempengaruhi metabolisme,” Tandasnya.
Pada fase Anabolik, sumber energi sangat diperlukan oleh tubuh saat berpuasa. Sumber utamanya yaitu gula yang disebut dengan glukosa.
Otak bisa memakai benda keton sebagai energi, saat tubuh kekurangan sumber energi. Keton merupakan asam yang dibuat ketika tubuh mulai menggunakan lemak juga sumber energi bukanlah dari karbohidrat.
Sedangkan di fase katabolik sendiri dibagi menjadi 3 tahapan. Yakni, pertama tahapan post absorptive sekitar 4-12 jam setelah makan. Lalu, kedua early starved 12-16 jam setelah makan.
“Ketiga tuh, late starved. Fase kataboliknya lebih dari 16 jam setelah makan,” Ucapnya.
Jelas Wijayanto, pada tahapan post absorptive tubuh akan lebih banyak menggunakan zat di dalam sel yang berasal dari cadangan sebelumnya.
Sedangkan, early starved sumber energi yang didapat oleh tubuh. Berasal dari pemecahan glukogen yang disimpan dalam sel hati, lemak dan otot.
Karenanya, baik bagi tubuh mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Namun tetap perhatikan protokol kesehatan tentang pangan aman, agar khasiatnya tetap terjaga.
Ia pun menjelaskan, tubuh manusia memerlukan yang namanya protein ketika puasa. Jadi, hindari bahan makanan yanb menaikan asam uray dan kolestrol.